
Catatanku kali
ini tentang dramaturgi penataan kamera yakni pengambilan gambar dalam
penciptaan karya film. Secara umum pengambilan gambar dalam penciptaan karya
film dapat dianggap sebagai suatu kerja mematerialisasikan realita yang ingin
difilmkan kedalam material perekam tahap awal karena masih akan diolah dalam
pasca produksi / proses editing.
Hal ini
identik dengan bercerita melalui tataan – tataan gambar tentang realita cerita
yang ingin ditampilkan penulis scenario dan terutama sutradara.
Fungsi dari
pengambilan gambar dalam berbagai kerja perepresentasian adalah agar realita
yang ingin di filmkan dapat direkam kedalam material perekam seperti pita
seluloid atau perekam elektronis lainnya sehingga tersedia gambar – gambar
hasil perekaman yang selanjutnya dapat diolah dalam proses editing sebagai
kerja terakhir proses penciptaan karya film.
Beberapa kerja
yang paling utama yang dilakukan kameraman dalam produksi film diantaranya :
1. Pemahaman
tentang realita – realita gambar yang akan direkam dalam konteks cerita yang
diinginkan penulis skenario dan terutama sutradara.
2. Pemilihan dan
penetapan makna – makna yang akan ditampilkan.
3. Pemahaman
tentang bentuk dasar film yang akan diciptakan dalam hubungannya dengan
keinginan sutradara dan teknik editing yang akan diterapkan.
4. Pemilihan dan
penetapan atmosfer – atmosfer film yang ingin ditampilkan.
5. Pemilihan dan
penetapan sudut pengambilan gambar /
angle
camera yang akan diterapkan dalam setiap pengambilan gambar.
5. Pemilihan dan
penetapan jenis – jenis ukuran gambar /
shot
size yang akan dilakukan dalam setiap pengambilan gambar.
6. Persiapan
berbagai perlengkapan yang diperlukan.
7. Pengoperasian
berbagai pengambilan gambar dalam proses pengambilan gambar.
Secara teknikal,
aspek – aspek pengambilan gambar dalam pembuatan karya – karya film adalah
aspek – aspek yang meliputi :
1. Aspek penentuan
sudut – sudut pengambilan gambar /
angle
camera untuk setiap pengambilan gambar.
2. Aspek penentuan
jenis ukuran gambar /
shot size yang
akan diterapkan ketika proses pengambilan gambar.
3. Aspek
pengambilan gambar dengan memperhatikan tata letak / komposisi gambar.
Ketiga aspek
teknikal tersebut tentunya tidak dilakukan secara sembarang, namun akan
dipertimbangkan yang terbaik dengan memperhatikan aspek kontekstual yakni :
Aspek ketepatan
untuk memunculkan suasana atau atmosfer tertentu dalam gambar tentunya sesuai
tuntutan scenario.
1. Aspek ketepatan
dalam memunculkan kisah dan detil pendukungnya dalam gambar.
2. Aspek ketepatan
dalam menampilkan makna – makna tersembunyi tentu dalam gambar yang diambil.
3. Aspek ketepatan
dalam menyediakan shot – shot yang lebih variatif untuk kepentingan pengeditan
gambar.
Jadi secara umum
pengambilan gambar yang baik dalam sebuah pembuatan karya film adalah
pengambilan gambar yang sanggup menyodorkan / menampilkan realita dramatik film
yang estetis dan komunikatif yakni merepresentasikan secara tepat dan kreatif
berdasarkan realita yang ingin direpresentasikan oleh penulis skenario dan
sutradara yang tentunya kaya akan kesan dan makna yang sulit untuk dilupakan.
Teguh karya,
Sutradara kenamaan Indonesia pernah berujar “Don’t tell me but show me”. Ya film adalah bahasa gambar sehingga
apa yang ingin disampaikan seorang sineas, tunjukanlah melalui gambar yang baik
tentunya.
No comments:
Post a Comment