Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang
lainnya. ungkapan tersebut sangat akrab ditelingaku. sebagian orang bahkan
menjadikannya sebagai motto hidup mereka. lalu bagaimana denganku? aku hanya
menjadikannya salah satu dari berjuta kata-kata mutiara dalam catatanku. aku
tak faham betul tentang apa maksud dari ungkapan ini. begitu spesialkah hingga
orang orang menjadikan kalimat itu sebagai prinsip hidupnya? awalnya ku pikir ungkapan
ini sama indahnya dengan beribu ungkapan cantik lainnya. namun sebuah peristiwa
telah merubah pandangan itu.
Berawal pada februari 2013, Sahabatku Varida Isnaini baru
saja menyelesaikan sidang kolokium. Dengan muka lelah setelah sidang dia
memintaku untuk membantu proses pembuatan film dokumenter, bidang yang dipilih
sebagai Tugas Akhir untuk menyelesaikan studi strata satunya.
"In, Bantuin Napa??" katanya berharap.
Aku tertawa lalu bilang "siap Ndo.. apa yang bisa di bantu pasti
ku Bantu. sok atuh aku bantuin apa?"
Varida lalu memintaku untuk menjadi Kameraman di filmnya dan
dia sendiri menjadi sutradara.
Setelah berbagai persiapan selesai, tibalah kita di hari
proses pengambilan gambar. kami lalu menjumpai seorang lelaki tua bernama Ricky
Baraja salah seorang narasumber yang merupakan pelatih seni liong dan
barongsai. Kita lalu berbincang sambil proses pengambilan gambar berlangsung.
saat perbincangan, terungkap pak Ricky (sapaan akrabnya) prihatin dengan
kondisi anak-anak yang tinggal disekitar lingkungannya. banyak anak yang putus
sekolah, pengangguran dan mengalami
kesulitan ekonomi. pak Ricky lantas mengumpulkan anak – anak itu, dan
dilatihlah mereka bermain liong dan barongsai hingga akhirnya mereka bisa
pentas.
keesokan harinya kami mendatangi anak - anak binaan pak
Ricky. kami sungguh terkejut karena ternyata mereka semua adalah anak - anak
pribumi yang berbeda etnis dan agama dengan pak Ricky. kami pun mulai
berbincang dengan mereka , salah satunya Boni Ahdian seorang pemain barongsai. Banyak
pertanyaan yang kami ajukan salah satunya apa saja tantangan dalam bermain
liong dan barongsai yang sontak dijawab Boni tantangannya adalah menghadapi
berbagai resiko seperti jatuh, terkilir dan lainnya. Boni juga mengeluhkan
mereka sering menjadi korban diskriminasi dari orang - orang disekitarnya.
beberapa teman Boni bahkan dilarang oleh orang tuanya yang takut kegiatan ini
akan merubah keyakinan anak-anak mereka. meski begitu Boni dan para pemin
barongsai lainnya ini meyakini bahwa mereka hanya berkesian, tidak pernah
mereka mengikuti rangkain kegiatan ibadah yang bukan menjadi keyakinan mereka.
Boni juga mengatakan tidak ada aturan yang mengharuskan mereka untuk mengikuti
sesuatu yang bukan menjadi keyakinan mereka. Boni justru mengapresiasi pak
Ricky yang dalam membimbing mereka selalu mengingatkan anak-anak untuk beribadah
sesuai keyakinan masing masing. ketika waktu ibadah tiba pak Ricky malah sering
mengingatkan Boni untuk beribadah terlebih dahulu.
selang beberapa hari lantas kembali bertemu pak Ricky dan
berbincang mengenai hal ini. pak Ricky membenarkan tentang berbagai rintangan
yang dihadapi. bahkan pak Ricky mengatakan tantangan ini bukan hanya datang
dari etnis pribumi tapi juga dari etnisnya. namun dengan keteguhan hati yang
kuat ingin merubah kehidupan anak anak ini menjadi lebih baik. semua tantangan
itu dapat diatasi. ia dapat meyakinkan baik kepada etnisnya maupun etnis
pribumi bahwa kegiatan ini murni kegiatan berkesenian.
pak Ricky lantas membawa kami ka sebuah gerobak mie bakso tak
jauh dari kediamannya. dengan bangga ia memperkenalkan kami kepada zaenal sang
penjual bakso yang tak lain adalah salah satu muridnya yang masih aktif bermain
barongsai. Pak Ricky menuturkan dulu zaenal anak putus sekolah, tetapi melalui
uang hasil pentas zaenal akhirnya bisa melanjutkan sekolahnya hingga selesai. Kini
setelah dewasa, zaenal bisa punya usaha sendiri dan menjadi tulang punggung
keluarga.
begitupun anak anak pemain barongsai lain yang kami temui
mereka mengaku sangat bahagia. kini mereka punya kegiatan yang positif, seni
barongsai dapat menyehatkan badan mereka dan uang dari hasil pementasan dapat
mereka pergunakan untuk menabung, membantu orang tua dan membuka
usaha. kami juga sempat terkejut saat berbincang dengan
seorang perempuan bernama Ghya.
"Teteh, aku baru sweet seventeen" ujarnya diawal
perbincangan.
"ghya, manfaat apa sih dari main barongsai?" kami
bertanya.
"Banyak teh" Ghya langsung menjawab.
"ya dapet uang dari pentas, dibeliin susu buat anak. ya
kayak gitu" lanjutnya tersenyum.
Kami dapat melihat jelas raut muka bahagia Ghya dengan anak
satu tahun di pelukannya, hal yang sama terjadi dengan anak anak yang lainnya. Mereka
bahagia dengan kondisi mereka saat ini. Kebahagiaan juga diungkapkan pak Ricky
di akhir wawancara. pak Ricky mengatakan bahwa keberhasilan anak-anak didiknya
merupakan sebuah kebanggan dan ia bahagia malakukannya.
Dari produksi film dokumenter ini saya mendapatkan sebuah pelajaran
luar biasa tentang bahagia. Ketika seseorang mendapat manfaat dari orang lain
ia akan merasa bahagia. Dan ketika seseorang memberikan manfaat bagi orang lain
ia juga akan bahagia. "kebermanfaatan" menjadi kata kunci dalam
pelajaran bahagiaku.
Ketika keberadaanku memberikan manfaat bagi banyak orang, itulah
berbagi kebahagiaan.
Ketika Aku selalu ada untuk keluargaku, itulah saat paling Bahagia bersama keluarga
Ketika aku ada bersama sahabat - sahabatku dalam suka maupun
duka, itulah saat paling Bahagia bersama sahabat.
Kebermanfaatan itu lah inspirasi kebahagiaan, karena ketika mereka bahagia kitapun bahagia.
Kini aku tau makna dari ungkapan “Sebaik-baik manusia adalah
yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya”. dan kini aku tau mengapa ada banyak
orang yang menjadikannya prinsip hidup. Karena aku kini memakainya. Karena aku
ingin kita semua bahagia.
Bahagia bersama Keluarga |
Bahagia bersama Sahabat |
No comments:
Post a Comment