Indahnya alam Indonesia berhias ragam Seni dan Budaya. Selamat Datang di Jawa Barat, mari nikmati Alam, Seni dan Budaya dalam AMAZING WEST JAVA!

8/28/2015

(500) Days of Summer, Sebuah Drama Romantis Yang Menyegarkan


Film (500) Days of Summer begitu nyaman diikuti disebabkan oleh ceritanya yang begitu down-to-earth. Tidak ada yang terlalu dilebih-lebihkan dalam film ini. Didukung dengan musik-musik yang easy listening dan mewakili alur ceritanya, membuat penonton terbawa alur yang dimainkan dan menikmati jalannya film dari awal hingga akhir. Menonton film ini seperti mendengarkan sebuah dongeng tentang Tom Hansen, seorang penulis kartu ucapan, yang naksir dengan teman kantornya, Summer Finn. Tom digambarkan sebagai pemuda polos baik hati yang berjiwa romantis sementara Summer adalah gadis dengan penampilan ala 60an, yang cantik, pintar dan menyenangkan. Sampai disini film terkesan biasa saja. Twist dari ceritanya adalah saat Tom ingin hubungan mereka serius sementara Summer tidak suka dengan komitmen. Ini menjadi sesuatu yang berbeda, karena biasanya perempuan yang tergila-gila dengan komitmen sementara laki-laki sebaliknya.

Tom, “I love her smile. I love her hair. I love her knees. I love how she licks her lips before she talks. I love her heart-shaped birthmark on her neck. I love it when she sleeps.”

Jalan cerita film ini sebenarnya biasa saja, jika tidak didukung dengan aspek-aspek lain yang membuatnya menjadi unik dan berbeda dengan film drama komedi romantis lainnya. Dari mulai pengambilan gambar, tone warna yang vintage, dan lagu-lagu yang dipasang terasa sangat indie, berbeda dengan produksi film-film Hollywood. Namun Alur cerita yang disajikan film ini yang tidak biasa membuatnya sangat menarik. Diawali dari pertengahan film dengan ditandai pada hari ke 290-an disaat Tom dalam keterpurukan akibat putus hubungan dengan Summer, lalu berpindah ke hari pertama disaat ia bertemu summer, kemudian tiba-tiba berpindah lagi ke hari 100 sekian ketika mereka sedang menjalin hubungan menarik dan seterusnya. Inilah keunggulan film ini, membuat penonton tidak bosan dan dituntut konsentrasi dengan alur maju mundurnya, tapi tetap masih bisa menikmati.
Walaupun gaya bercerita dalam film ini tidak biasa, tapi sangat menyenangkan untuk diikuti, selingan humornya menghibur, visualisasinya sangat baik, chemistry antara Tom dan Summer pun sangat terjalin dengan baik. Walaupun banyak menampilkan adegan-adegan cheesy ala film romantis, tapi cukup menghibur. Begitu juga dengan scoring musik yang terasa menyatu dengan adegan-adegannya. Misalnya pada saat Summer menyanyikan Here Comes The Man (Pixies) di sebuah bar ketika Tom tertarik dengannya pertama kali atau pada saat Tom merasa bahagia atas hubungannya dengan Summer, lalu berjoget dan berdansa bersama orang-orang di taman sambil menyanyikan You Make My Dreams Come True (Hall & Oates). Secara keseluruhan lagu-lagu pengiringnya (soundtrack) dipilih dengan sangat baik, mulai dari The Temper Trap (Sweet Disposition), Carla Bruni, sampai The Smiths, semuanya mewakili tiap adegan dalam film ini. Banyak yang berempati dengan Tom yang kekanak-kanakan, tapi Summer terlalu mempesona (cantik) untuk dibenci, plot yang sangat mempermainkan emosi penonton. Maka pantas saja film ini mendapat review dan rating sangat baik. Marc Webb sebagai sutradara berhasil menggabungkan semua unsur penting dalam romantic-comedy drama movie dan mengemasnya secara tidak biasa, didukung chemistry juga akting dua tokoh utama Tom dan Summer sangat natural, script serta visualisasi yang sangat baik. 
Lihat percikan senyawa kimia di mata mereka
 Dialog antara Tom dan Summer adalah dialog yang mengalir dengan orisinil tanpa terasa terlalu dibuat-buat. Dialognya juga terkadang secara tidak langsung disajikan melalui media lagu yang dibawakan maupun sebagai backsound-nya yang mewakili jalannya cerita. Masalah-masalah yang ditampilkan mungkin saja merefleksikan dan mengingatkan penonton pada hubungan cintanya sendiri. Hal tersebut terjadi dikarenakan dialog yang natural tersebut begitu mengalir seperti menggambarkan kehidupan sehari-hari pada umumnya. Mungkin karena latar belakang Marc Webb sebagai sutradara video klip music, maka film ini dihiasi dengan banyak sekali musik yang memorable dan menyatu dengan scene film.

Tom, “It’s official. I’m in love with Summer.”
 Film ber-genre komedi cinta ini berhasil menceritakan fenomena kehidupan sekarang, di mana banyak orang yang ingin memiliki hubungan tetapi tidak ingin terikat dengan sebuah status. Di sisi lain, film ini mampu menjebak perkiraan penonton tentang ending-nya. Walaupun pada awalnya kisah Tom dan Summer layaknya semua film cinta, di tengah dan menjelang akhir cerita, penonton akan dibuat kaget dengan perkembangan cerita.

Apakah akan berakhir bahagia?
 Ending filmnya mungkin tidak banyak yang menyukai, tapi itulah yang membedakannya dari film rom-com biasa, seperti yang sejak awal sudah dinarasikan, This is a story of boy meets girl. Boy falls in love. Girl doesn’t. This is not a love story, but this is a story about love.
Jarang sekali cerita drama romantis menyajikan pakem yang baru, biasanya formula film drama romantis “begitu-begitu saja”, terasa membosankan dan dapat ditebak alur ceritanya. Seperti laki-laki bertemu perempuan, bertengkar karena ketidaksamaan ideologi, tapi pada akhirnya mereka menemukan bahwa mereka saling mengisi satu sama lain dan akhirnya jadian kembali. Juga happy ending, penonton keluar dengan senang dan esok harinya sudah lupa pernah menonton film semacam itu (atau tertukar dengan film sejenis lain yang segudang banyaknya). Tetapi, film ini hadir dalam formula berbeda. Cerita film ini (sebenarnya) tidak terlalu istimewa, namun karena menggunakan formula yang berbeda dari film-film kebanyakan, sukses menjadikan (500) days of Summer menjadi film yang sangat luar biasa atau outstanding.
Pemain menarik tidak selamanya dari kalangan aktor atau aktris terkenal dan mahal. Terbukti sang sutradara dapat “meracik” pemainnya yang notabene tidak terlalu terkenal seperti aktor-aktor lainnya dengan sangat baik. Zooey Dechanel, salah satu perempuan paling manis sejagad raya memang pantas menjadi tokoh Summer yang menjadi pujaan Tom. Si cantik Zoeey berhasil masuk ke karakter Summer dengan baik, meski terkadang karakter Zooey di film lain (salah satunya Yes Man) nampak terlihat mirip dengan pembawaannya di film ini. Joseph Gordon Levitt, aktingnya total, tranformasi karakter Tom dimainkannya dengan sangat pas, maksimal dan tidak berlebihan. Satu hal yang menarik dari cara Levitt membawakan Tom, ia membawa karakter ini tampak nyata dan ada di sekitar kita. Berbicara tentang chemistry, pasangan Zooey-Levitt sangat cocok memerankan tokoh dalam film ini.
Kelebihan film (500) Days of Summer, penggarapan atau pengemasannya menakjubkan. Cara Marc Webb membangun film ini kemudian menyelesaikannya dengan caranya sendiri, sukses membuat penonton betah menontonnya. Artistik, musik, sinematografi, narasi, semuanya luar biasa. (500) Days of Summer memang pantas disebut sebagai film drama romantis terbaik yang pernah ada. Secara keseluruhan film ini menampilkan nuansa cinta yang sangat kuat, nuansa cinta yang indah, namun juga terasa nyata, tidak ‘diawang-awang’ dan menebar mimpi Hollywood seperti film romantis kebanyakan. Mungkin tagline-nya benar, “this is not a love story, this is a story about love”.

No comments: