Satu pagi saat
matahari mulai meninggi, alunan takbir, tahmid dan tahlil masih menggema dari
setiap penjuru kota. Begitu juga dari dalam hatiku walau aku tak
meneriakannya. Orang orang berduyun duyun memenuhi lapangan di desaku. Bagi
kebanyakan orang ini adalah hari kemenangan yang disambut dengan kegembiraan.
Setelah satu bulan digodok dikawah Chandra dimuka yang bernama bulan Ramadhan, akhirnya
kita kembali kepada kemenangan yakni kembali suci, bersih seperti bayi yang
baru lahir fitrahnya bersih tiada bernoda dan tiada berdosa.
Usai sholat Iedul Fitri, kita bermushofahah
bersama tetangga, teman – teman, saling meminta maaf satu dengan yang lainnya
karena dosa kepada manusia akan diampuni alloh ketika manusia yang kita dzolimi telah memaafkan
kita. Seusai itu setiap orang mulai berjalan ke rumah nya masing masing,
berkumpul bersama keluarga. Namun dari kejauhan tampak seorang sahabat duduk
termenung seorang diri dengan muka yang bersedih, akupun menghampiri nya. Mulut
yang terbendung itu tiba - tiba saja mengeluarkan semua beban yang ada
dihatinya. Ia tak kuasa menahan kesedihan, tahun ini tahun pertama ia
berlebaran tanpa ayahandanya yang telah meninggal. Ia masih hafal betul
kebiasaan ayahnya yang seusai sholat ied selalu dikerubungi orang – orang untuk
meminta maaf. Ia dengan fasih melafalkan kembali pesan pesan ayahnya tentang
berbuat baik kepada setiap orang, tentang menjaga perkataan yang diucapkan
janganlah sampai menyinggung orang lain. Masih terbayang jelas pelukan kasih
sayangnya seraya membisikan do’a agar sahabatku itu menjadi anak sholeh yang
berbakti kepada kedua orang tuanya dan masih banyak kenangan kenangan yang ia
luapkan dengan penuh emosional.
Aku hanya bisa
duduk tertegun disampinya dan mendengarkan setiap keluh kesahnya sambil mencoba
memahami apa yang dia rasakan. Walaupun sulit rasanya membayangkan bagaimana
apabila hal ini menimpaku. Aku beruntung kedua orang tuaku masih hidup, Allah
masih memberi kesempatan kepadaku untuk berbuat baik kepada orang tuaku. Aku
jadi teringat khutbah sholat Ied yang baru saja disampaikan khotib kepada kami.
Khotib
mengingatkan kami tentang manusia yang berada dalam kerugian, kecuali manusia
yang menghabiskan detik demi detik hidupnya ini untuk beramal sholeh dengan ke
imanan yang penuh kepada Allah SWT. Khotib lantas menyampaikan tentang lima hal yang harus betul - betul dimanfaatkan
betul oleh manusia selama hidup di dunia ini, yakni :
1.
Manfaatkanlah sehat sebelum
sakit.
Saat sehat kita
bisa makan apapun, saat sehat kita bisa melakukan apapun. Manfaatkanlah sehat
ini untuk banyak beribadah kepada Allah. Anugerah kesehatan yang Allah berikan
kita upayakan untuk memaksimalkan ibadah kita kepada Allah karena saat sakit
semua serba terbatas. Jangankan melakukan amalan sunnah untuk melakukan amalan
wajibpun pasti terasa berat. Saat solat misalnya kita harus berbagi konsentrasi
ibadah sholat kita dengan menahan rasa sakit.
2.
Manfaatkanlah muda sebelum
tua
“ Masa muda masa
yang berapi – api” sepenggal lirik dari raja dangdut H. Rhoma Irama memang
menggambarkan masa muda yang penuh semangat. Energinya yang masih besar dan
tenaganya masih kuat hendaknya lah juga dipakai untuk memaksimalkan ibadah
kita. Ketika sudah tua, nafas sudah mau habis tanaga semakin berkurang belum
lagi tubuh kita sudah mulai tidak fit. Mau ibadah solat tantangannya harus
berjibaku dengan sakit pinggang dan persendian lain yang mulai melemah.
3.
Manfaatkanlah kaya sebelum
miskin
Ada ibadah yang
hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dan tidak bisa dilakukan oleh orang
miskin. Zakat maal, ibadah haji ke baitullah, infak, zakat shodaqoh, wakaf
semua bisa dilakukan dengan mudah dan bahkan dengan sekala besar. Saat miskin,
saat susah alangkah bahagianya saat kita masih bisa memberi tapi kebanyakan
saat miskin kita susah memberi. Orang miskin bukanlah orang yang berzakat tapi orang
miskin adalah mustahik atau orang yang berhak mendapatkan zakat.
4.
Manfaatkanlah lapang
sebelum sempit
Saat lapang
lawan terberat kita adalah melawan rasa malas. Saat lapang kita terbuai dengan
berleha leha. Padahal saat kita sibuk, saat deadline menanti jangankan
melakukan amalan sunnah, meninggalkan pekerjaan hanya untuk 5 menit melakukan
sholat wajibpun akan terasa berat. Oleh karenanya selagi ada kesempatan di
waktu luang kita mari ita manfaatkan untuk membperbanyak ibadah.
5.
Manfaatkanlah hidup sebelum
mati
Ini lah poin utama yang harus digaris bawahi.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Bukan seberapa banyak harta
benda kita yang akan diperhitungkan diakhirat kelak tetapi amalan kita.
Manfaatkan anugerah kehidupan kita untuk beribadah kepada Allah karena setelah
mati kehidupan yang kekal akan dijalani dan kehidupan didunia akan menjadi
penentu kehidupan kita disana.
Khotib pun
menegaskan dengan empat hal yang harus disegerakan
1.
Bersegeralah berilaturahmi
menemui sanak saudara, kerabat dan teman – teman kita.
2.
Bersegeralah bertaubat.
3.
Bersegeralah dalam
melakukan kebaikan dan ibadah.
4.
Bersegeralah membayar
hutang
Karena apabila
ajal telah menjemput kita sebelum bertaubat berarti kita mati bergelimangan
dosa, ajal menjemput saat kita belum beribadah berarti kita telah lalai dan
saat ajal menjemput kita belum membayar hutang berarti ada hak orang lain yang
kita ambil dan kebaikan kita akan diambil untuk membayarnya. Satu lagi saat sanak saudara, keluarga,
kerabat, teman - teman dan terutama ayah dan ibu yang kita sayangi menemui
ajalnya sedang kita belum bertemu dengan mereka, belum melakukan hal – hal
terbaik untuk mereka, belum membuat mereka tersenyum bahagia maka kita akan
menyesal.
Terima kasih
sahabatku, kau telah mengingatkanku betapa penting apa yang khotib sampaikan
pagi ini. Mungkin saat mendengar apa yang khotib sampaikan semua terasa seperti
petuah pada umumnya, tapi tetes air matamu mengisyaratkan pedihnya menghadapi
kelalaian bahkan walaupun hanya dari salah satu poin nya saja. Semoga aku tak
menyianyiakan kesempatan yang Allah berikan ini. Semoga ayahandamu mendapat tempat terbaik disisi-Nya, aamiin...